Tema Resistance: Benarkah Sebuah Perlawanan, atau Hanya Kata Kosong yang Digaungkan?

Kata “Resistence” hari ini kerap muncul dimanapun, entah itu tercetak besar pada sablon kaos, caption-caption di media sosial, atau menjadi topik pembicaraan hangat di ruang diskusi. Kata itu terdengar berani, penuh akan makna, dan beraroma perlawanan. Akan tetapi seringkali, ia hanya berhenti di permukaan. Menjadi sebuah slogan kosong tanpa identitas di dalamnya, seakan ia hanya dibentuk untuk tampak ‘ada.’ Ini membawa kita pada sebuah pertanyaan: “Masihkah resistance memiliki arti, atau sekarang kata itu sudah menjadi sekadar aksesori?”

Pertanyaan itu kemudian bergema, memanggil pertanyaan-pertanyaan serupa muncul. Menghadirkan rasa penasaran lain, serta kedalaman berpikir. “Apakah resistence itu harus bersimbol besar? Harus dengan orasi menggelegar? Atau harus ada heroisme epik di dalamnya? Kalau begitu sebenarnya resistence itu apa?”

“Resistence ini sebenarnya sudah kita punya dari kecil, dari masa kita bertumbuh. Tapi rasanya sekarang sudah hilang. Kita harus mengikuti orang, kita harus ngikut sama kondisi dan keadaan sekitar. Padahal kita ada pergerakan dan semangat untuk melawan,” ucap Richard Natan selaku program director Sewon Screening 11.

Maka pemahaman lain akan “Resistence” itu muncul. Ternyata kata itu tak selamanya berbentuk demonstrasi atau orasi yang menggelegar, ia juga dapat muncul dari dalam diri, dari setitik keberanian yang ada dalam hati kita semua. Bentuk ini lalu tertuang pada trailer dari Sewon Screening 11, di sana kita tidak melihat perlawanan yang bising dan keras. Yang ada di dalamnya hanya refleksi diri sendiri, keberanian kecil yang digaungkan menjadi sebuah teriakan.

Trailer Sewon Screening ini bukanlah sekadar karya visual pendek untuk promosi festival film, melainkan sebuah bentuk pernyataan atas pemahaman baru yang ada. Ini mengajak kita untuk masuk ke dalam ruang di dalam diri yang jauh dan tak tersentuh. Tempat dimana kata resistence bukan hanya menjadi slogan, tapi sebagai bentuk pertahanan diri.

Yang dibilang hilang, bukan berarti mati. Dan trailer ini menjelaskan bahwa ia dapat tumbuh kembali, dapat dicari. Bahkan dapat tumbuh lebih baik, lebih menjalar, lebih kuat, dan lebih mekar.

Harusnya sekarang resistence bukan lagi sebuah kata aksesori. Bukan lagi sebuah slogan kosong tanpa ada isi di dalamnya. Karena pada dasarnya kata itu ada dalam diri kita sejak masih kecil.

Oleh Nazwa Bilqis Salsabila

Editor Satya Din Muhammad

Penerjemah Debytha Nela Mv.

Bagikan postingan ini melalui:
Facebook
X
WhatsApp
Telegram
LinkedIn
Komentar • 0

Tulis komentar kamu

Update Terkait

Menu

Arsip

Layanan