Hari Yang Menyenangkan (2018): Sebuah Cara Menyangkal Duka Untuk Sesaat

Apa yang harus dilakukan ketika harus kehilangan hal paling berharga dalam hidup datang terlalu cepat, terlalu tiba-tiba, dan terlalu menyakitkan? Terutama ketika usia masih begitu muda, jiwa masih rapuh, dan dunia belum selesai dijelajahi. Bagaimana anak-anak yang belum sempat belajar menghadapi luka dipaksa menelan kenyataan yang tidak mereka minta? Bagaimana mereka bereaksi ketika dunia yang mereka kenal tiba-tiba berubah, hancur, dan meninggalkan kehampaan?

Film “Hari Yang Menyenangkan” tidak mencoba memberikan jawaban besar. Ia hanya menunjukkan dengan lembut dan lirih bagaimana dua anak kecil memaknai hari setelah kehilangan. Seorang kakak perempuan yang diliputi duka, dan adik laki-lakinya yang hidup dengan disabilitas, memutuskan pergi. Bukan untuk mencari keajaiban. Bukan untuk melarikan diri. Tapi hanya ingin melihat kereta lewat. Ya, sesederhana itu.

Namun dibalik kesederhanaannya, perjalanan kecil ini terasa begitu dalam. Deru kereta api yang melintas menjadi suara penghibur. Suara yang keras, tapi menenangkan. Laju yang cepat, tapi seolah bisa menghentikan waktu sejenak memberi ruang untuk bernafas, untuk menunda tangis, untuk melupakan kesedihan walau hanya sesaat.

Film ini mengajak kita menyelami dunia kecil anak-anak dunia yang tidak dibangun dari tembok dan peta, tetapi dari hadirnya sosok orang tua. Tempat paling aman, paling hangat, paling mereka kenal. Ketika dunia itu direnggut, tubuh kecil mereka hanya bisa bergetar, menggigil, namun tak menyerah. Mereka tidak tenggelam dalam tangis, tapi mencoba berdiri. Mencoba tetap hidup, meski tak lagi sama.

Hari Yang Menyenangkan adalah potret tentang keberanian paling sunyi keberanian anak-anak menghadapi kehilangan. Ia tidak berteriak. Ia hanya menunjukkan bagaimana luka besar bisa ditenangkan oleh hal kecil: satu perjalanan, satu hari, satu senyuman, satu pemandangan kereta api yang melintas dan pergi.

Hari yang menyenangkan disajikan dengan aspek rasio 3:4 tentu memiliki tujuan khusus. Dari aspek rasio ini kita bisa melihat betapa kecil dunia milik kakak beradik ini, betapa mereka tidak berdaya. Hal ini semakin menegaskan kerentanan dan kerapuhan dari kedua tokoh utama pada film ini. 

Film ini bukan hanya untuk ditonton. Ia untuk dirasakan. Untuk direnungkan. Bagaimana koin yang berubah bentuk ketika dihantam besarnya kereta api bagaikan ironi hidup yang sedang mereka jalani. Tubuh kecil yang harus menghadapi duka yang begitu besar.

Jangan lewatkan penayangan Hari Yang Menyenangkan dalam program Layar Tandang Semarang, pada 20 Juni 2025. Sebuah film yang akan memelukmu dengan keheningan, dan meninggalkan jejak yang sulit hilang.

Oleh Ana Wina

Editor Satya Din Muhammad

Penerjemah Debytha Nela Mv.

Bagikan postingan ini melalui:
Facebook
X
WhatsApp
Telegram
LinkedIn
Komentar • 0

Tulis komentar kamu

Update Terkait

Menu

Arsip

Layanan