September ke Sewon — Layar Institut Seni Indonesia Menjadi Penutup Pra Event Sewon Screening 11

Yogyakarta, 29 Agustus 2025 — Setelah bertandang ke tiga kota di Pulau Jawa dan menyambangi komunitas-komunitas film di Jogja, Sewon Screening kembali lagi ke rumah dengan program Layar Institut Seni Indonesia (ISI). Program ini telah berlangsung di Boulevard ISI Yogyakarta, tepatnya di depan Gedung Rektorat. Layar ISI ini, dikembangkan dari pemutaran Layar Fakultas yang telah dilaksanakan Sewon Screening sebelumnya. Mengelaborasikan program Layar Fakultas Seni Rupa dan Layar Fakultas Seni Pertunjukan untuk merepresentasikan kesenian yang ada di kampus ISI Yogyakarta.

Program ini dibuka dengan pertunjukan tari dari teman-teman mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan Tarian pembuka ini merupakan serangkaian dengan tarian penutupnya. Menceritakan tentang seorang pemudi dan dua orang temannya yang menyuarakan pendapatnya pada masa Orde Baru, tetapi selalu dibungkam. “Kalau nama tariannya kita nggak ngasih nama, tapi itu satu rangkaian cerita yang sama. Untuk latihan persiapannya, sekitar satu minggu lebih menjelang acara ini,” ujar Paula salah satu penari tersebut. Selain pertunjukkan tari, seharusnya dalam program ini ada pameran dari teman-teman Fakultas Seni Rupa. Tetapi kemudian tidak jadi dilangsungkan, sebab terkendala hujan. Hal ini, mengantisipasi agar karya dari teman-teman Seni Rupa tidak rusak.

 

“Terima kasih untuk temen-temen semua yang udah hadir dalam pra event terakhir kami, yang di mana ini menjadi penutup dari rentetan pra event kami. Ini juga bakal jadi pengantar kita untuk main event kita di September. Jangan lupa datang di main event kita, di bulan September tanggal 21 sampai 25, di Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta. Enjoy the show!” sambut Evan Rizky Febriyants selaku Festival Director Sewon Screening 11.

 

Qodri Aryanugraha, selaku programmer Layar ISI ini pun hadir membacakan catatan program yang bertajuk Mendobrak Batas, Bersuara Keras. Tajuk program pemutaran ini menganalogikan bagaimana seniman yang mendapati suatu pembatasan dalam berkarya, kemudian mendobrak batasan itu dengan aspirasinya. Film-film yang ditayangkan malam ini diantaranya ada ‘Lantun Rakyat’ yang disutradarai oleh Moch. Dwi Cahya, lalu ‘Kabar dari Kubur’ disutradarai oleh Rasyid Baihaqi, dan ‘Marganing Gesang’ disutradarai oleh Catur Panggih Raharjo. 

“Menurutku, ketiga film itu cukup menyuarakan gimana struggle seniman dalam keterbatasannya. Dan ternyata, di film-film itu mereka nggak berpasrah kan, mereka terus berusaha untuk berkarya dari keterbatasan itu,” jelas Qodri saat ditanyai alasan pemilihan ketiga film tersebut. Untuk proses kurasinya, programmer memilih film yang mencoba menyuarakan keterbatasannya, baik dari segi naratif maupun bentuk film itu sendiri. Harapannya, dengan adanya pemutaran film-film tadi, entah itu seniman atau siapa pun yang sedang dalam suatu pembatasan, menjadi tergerak dan berani keluar dari zona itu untuk terus berkarya dan berekspresi.

Sebelum sesi diskusi film dimulai, seperti biasa pemandu acara kembali menyegarkan para penonton dengan jargon Sewon Screening 11, Angin Segar Dekade Baru. Diskusi kali ini dimoderatori oleh Elsya Angelica Br Tarigan, dengan salah satu filmmaker yang hadir malam ini yaitu Catur Panggih Raharjo, sementara dua filmmaker lainnya yaitu Rasyid Baihaqi dan Bias G. Wicaksi hadir secara online. Banyak pertanyaan yang diajukan memantik diskusi kali ini, mulai dari latar belakang pembuatan dan pendekatan filmnya, judul filmnya, proses riset dan penulisan cerita filmnya, perizinan penayangan filmnya, serta bagaimana ketiga filmmaker ini menghadapi pembatasan dan tantangan teknologi saat ini.

 

Tercatat ada dua ratusan penonton yang hadir pada program Layar ISI ini. Sebagian besar dihadiri para mahasiswa di lingkup ISI Yogyakarta sendiri, baik dari Fakultas Seni Rupa, Seni Pertunjukan, dan Seni Media Rekam. Mereka duduk lesehan di jalanan depan Rektorat. Ada yang beralaskan tikar di bawah tenda, maupun di rerumputan dan tepi Boulevard. Mereka benar-benar menikmati pemutaran film-filmnya, tertawa hingga terharu. Mereka pun tampak begitu antusias mengajukan beragam pertanyaan saat sesi diskusi. 

“Seru, film-filmnya nambah persepektif baru buat aku. Pertunjukkan tariannya tadi, maknanya dalem banget ya,” ujar Rindi salah satu mahasiswa baru prodi Film dan Televisi ISI Yogyakarta, saat ditanyai kesannya untuk program ini.

“Menarik ya, karena temanya sesuai dengan apa yang terjadi sekarang di lingkungan kita. Lagi berjuang melawan kan. Mengangkat tema Resistance ini menurutku bagus buat raising awareness, bisa mengajak temen-temen bergabung bersuara. Kalo aku film Lantun Rakyat ya, karena formatnya fresh banget, dan aku masih jarang nemu film yang kayak gitu,” ujar Arini salah satu mahasiswa prodi Seni Musik ISI Yogyakarta, saat ditanyai kesannya untuk Layar ISI dan film favoritnya dari pemutaran kali ini.

Akhirnya, usai sudah perjalanan pra event Sewon Screening 11. Main event di bulan September nanti, akan menjadi keseluruhan puncaknya. Nantinya, Sewon Screening 11 akan menghadirkan serangkaian program pemutaran dan non pemutaran, yang benar-benar akan diwujudkan menjadi Festival Film untuk Semua Penonton. Nantikan terus kesegaran dan keseruannya melalui laman sewonscreening.com dan sosial media Sewon Screening. Sampai jumpa nanti, September di Sewon!

Oleh Majesti Anisa

Editor Satya Din Muhammad

Penerjemah Debytha Nela M. V.

Bagikan postingan ini melalui:
Facebook
X
WhatsApp
Telegram
LinkedIn
Komentar • 0

Tulis komentar kamu

Update Terkait

Menu

Arsip

Layanan