Sabung Raptor (2023): Sebuah Balutan Komedi Absurd

Pada tradisi yang diwariskan turun-temurun di sebuah panggung, arena di mana sorak penonton terdengar. Memanggil ego manusia-manusia yang hadir dengan taruhan di tangannya. Seruan semakin terdengar kencang, semakin hebat, semakin riuh. Sama halnya dengan apa yang terjadi di film ini, “Sabung Raptor”.

Cerita film “Sabung Raptor” ini diawali dengan latar belakang Farhan yang kesulitan keuangan, ia mengutang satu mangkuk mie ayam. Lantas bercerita pada temannya, dan dengan cepat sang teman—Agung—menyarankan agar ia ikut bermain sabung saja. Sabung raptor namanya. Di arena ia bertemu dengan Fredo, orang yang akan menjadi lawannya. Agung menyombongkan raptor miliknya, dan Fredo pastinya juga tak mau kalah. Ego keduanya akhirnya tertuang pada arena sabung.

Film “Sabung Raptor” karya Berak Brothers ini mempunyai narasi yang unik, apalagi konsep yang tertuang dalam filmnya sungguh absurd. Dengan mengangkat tradisi yang sudah lama mengakar di Indonesia, film ini menghadirkan sebuah ironi dibalut dengan komedi lucu, mengundang gelak tawa bagi penontonnya.

Kita diajak masuk ke dalam sorak-sorai para penonton Sabung, melihat dua raptor bertarung satu sama lain. Membawa nama baik dari sang pemilik. Akan tetapi setelahnya, kita dibuat terkejut. Mendapati bahwa sang raptor malah menyerang pemiliknya. Mereka lepas kendali, bersekongkol satu sama lain untuk melepaskan diri dari tradisi yang sudah mengakar.  Adegan ini seperti menjadi klimaks yang menyayat hati nurani.

Kekuatan utama dari film ini ada pada keberaniannya dalam menabrak batas realitas dan logika, namun tetap berhasil membawakan pesan yang tertuang di dalamnya. Dengan menggabungkan unsur komedi, absurditas, dan kritik sosial, Berak Brothers menunjukan bahwa film bukan hanya menjadi alat hiburan, melainkan juga sebagai medium reflektif.

Di balik gelak tawa yang ditimbulkan, film ini dengan hebatnya mengingatkan kita bahwa kadang, mereka yang kita anggap tak bersuara pun pada akhirnya akan berbicara atau bahkan menggigit.

Oleh Nazwa Bilqis Salsabila

Editor Satya Din Muhammad

Penerjemah Debytha Nela Mv.

Bagikan postingan ini melalui:
Facebook
X
WhatsApp
Telegram
LinkedIn
Komentar • 0

Tulis komentar kamu

Update Terkait

Menu

Arsip

Layanan